Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh . . .

Tak terasa, 6 tahun sudah SIT INSAN TELADAN berdiri. Tak perlu ada yang patut kami banggakan, selain totalitas guru-guru INSTEL, warga di komplek Villa Bandung Indah. Plus tentunya, para tukang bangunan yang setia berjibaku dalam peluh.

Bermula dari meledaknya Mushaf AlBurhan 17 in One dan Mushaf AlBurhan edisi Wanita. Kami dan istri bertekad mendedikasikan royalty dan keuntungan untuk umat melalui pendidikan. Disemangati Bapak H. Karma Sentika. Kami sempat membeli tanah di daerah Baypass Bandung Garut.

Kami turut mengenang lulusan pertama kami. Seorang anak siswa SD kelas 1, Syaamil. Ia sudah wafat namun saat sakitnya, bergumam hapalan surat AnNaba dan AnNaaziaat yang langsung saya dengar sendiri. Ia wafat atas izin Allah, dengan selalu menanyakan sandal jepitnya yang selalu mengakrabinya bila ke masjid.

Satu tahun kami menempati tempat orang lain. Hingga kami paksakan membeli tanah. Hasil dari penjualan tanah di Baypass. Allah karuniakan kemudahan. Tanahnya murah dan bisa dibayar bertahap. Saya sampai menyambangi pemilik tanah yang tinggal di Jakarta. Hingga lupa makan lupa minum. Baru sadar makan setelah dekat rumah jam 1 pagi. Bersama seorang notaris yang dulu ikhlas naik GRANMAX. Kini notaris muda sudah berangkat haji, punya Alphard dan Mercedess seri terbaru.

Selesai membangun gedung alakadarnya di tanah yang baru lunas 300 mtr dari 1970 mtr. Saya langsung mendengar selorohan calon ortu. “Oh..ini toch sekolahnya SIT INSAN TELADAN. Kok gak jauh beda dengan kandang ayam.” Saya yang berpenampilan “kuli bangunan”, tersenyum “kuning”. Tak lupa mempersilahkan kedua ibu untuk masuk ke sekolah. Saya terus memanjatkan doa kuat dalam hati. Allah pasti bukakan jalan dari yang tak terduga.

Benar saja. Sekian bulan berjalan. Saya ditelpon seorang Ustadz muda dari Garut. Ustadz Ahab Syihabudin. “Antum punya tanah 2500 mtr?” “Iya. Kenapa ustadz?” “Ajukan saja. Ini ada donatur dari Kuwait. Tanahnya harus ada akses jalan dan DATAR.” Padahal tanah sekolah itu hanya 2000 mtr kurang. Apalagi sudah diisi bangunan. Plus. Tanahnya berupa tebing atau lembah, yang cocok jadi ladang bukan bangunan. Hanya satu syarat terpenuhi: ada akses jalan.

Foto, proposal, dan denah lokasi dikirim. Kriiing..telpon berbunyi lagi. “Lokasi antum diACC. Tapi hari Kamis harus sudah peletakan batu pertama.” Padahal itu hari Sabtu saya ditelpon. Berkat perjuangan Kang Agus Al-Muhajir. Saya menjumpai PROF. KH. Miftah Faridl memberi tausiah dan doa peletakan batu pertama. Singkat cerita. Acara berlangsung khidmat. Dihadiri sesepuh DRS. H. Abdul Wachyan dan warga sekitar.

Dalam kondisi terik. KH. Miftah memanjatkan doa. Lucunya. Tanah yang dijadikan lokasi adalah tanah punya orang lain, yang baru diizinkan dan mau dijual. Allah menakdirkan. Teman yang menjadi sopir KH. Miftah, kini menjadi aspri Wagub Kab. BANDUNG.

Singkat cerita. Hari Senin, kiriman besi datang. Saya sampai harus memanggil ayah saya, yang berpengalaman jadi kintraktor bangunan. Posisi tanah kurang dari 2500. Ukuran dari donatur hanya 4 x 4 perkelas. Saya memberanikan diri menambah luas lokal kelas dan bahan berkualitas, tentu dengan biaya sendiri. Plus tentunya pinjaman dari Bank. Sempat ditolak bank Syariah. Kami pun “menyekolahkan” sertifikat rumah ke bank.

Untuk urusan penambahan tanah ada cerita sendiri. Berderai air mata dan lantunan doa. Hingha saat ini, ada sisa tanah yang belum kami bayar. Sebab QadaraLLAH. Usaha AlQuran kami sepi. Sementara SPP dari siswa tak cukup untuk membawa guru dan pegawai pada garis sejahtera.

Tapi kami tetap komitmen memberi kemudahan kepada yatim dan du’afa untuk sekolah di SIT INSAN TELADAN. Ada yang kami grstiskan full. Ada yang gratis uang bangunan dan mebelair. Ada yang gratiskan SPP dan keringanan lainnya. Allah pasti mengaruniakan jalan dari pintu mana saja yang tak terduga. Sebuah perjuangan yang tidak ada apa-apanya untuk sebuah peradaban. Namun kami baru memulainya, di tengah idealisme dan sport jantung, apakah esok hari bisa menggaji atau tidak.

Lalu apa yang saya dan keluarga dapatkan? Saya bahagia melihst senyum merona dari civitas akademika SIT INSAN TELADAN. 46 orang guru dan karyawan. Terlebih bahagia ketika melihat anak-anak TK-SD-SMP yang berani berkarya dan berjaya.

 

Membangun Pendidikan, Dorongan Idealisme dan “Jantungan”
By: Nandang Burhanudin